Serem banget ya judulnya “seluk beluk keberadaan neno”, napa gak “asal usul terjadinya
neno” atau “kisah lahirnya seorang neno” gitu? Atau mungkin “neno yang tertukar”
*dhedhooooooooottt* Mmmmm ga tau juga sih napa aku kasih judul itu, suka aja. Blog
blog siapa? Yang bikin tulisan siapa? Masalah buat elo?! *pake nada Soimah*
Well, dimulai dari kejadian
21 tahun lalu tepatnya tanggal 28 April 1991 di desa gendongan kecamatan
tingkir Salatiga, lahirlah seorang bayi perempuan yang tidak mungil dari
seorang Ibu bernama Eni Prabandari. Bayi tersebut merupakan hasil karya Bu Eni
dengan suaminya Bapak Adi Rakhmat Suprapto. Sekilas info, bayi ini dapat
bertahan dan akhirnya mendarat dengan selamat ke bumi karena berbagai obat dan
suntikan penguat yang diberikan oleh Bu Bidan Tarsuli. Ya ya ya, soalnya kakak
laki-lakinya ini bayi lahir satu tahun sebelumnya dengan tidak selamat yang
mengakibatkan lemahnya kandungan Si Ibu. Hiks... hiks... *backsoundnya: lagu
gugur bunga*
Kembali lagi, alhasil ini
bayi jadi lahir kegedean yaitu 3,8 kg. Bayangin aja Si Ibu yg dulu masih kecil
mungil binti langsing singset itu ngelahirin anak segede itu secara normal!!!! Kalo
orang jaman sekarang sih dikit dikit operasi. Mahal deh. *nadanya nada ngomong
capek deh*
Setelah lahir di dunia,
Si Bapak disuruh bidan untuk adzan. Kalo normalnya sih Si Bapak bisik-bisik
adzan di telinga kanan si bayi, terus disambung iqomah di telinga kiri si bayi.
Tapi apa yang terjadi?! Jeng jeng jeng! Si Bapak malah adzan dengan lantangnya
di dalem ruang bersalin!!! Yang terjadi adalah persaingan adzan subuh di dalem
ruang bersalin dan di masjid-masjid terdekat. -.-‘ untung Bu Budan dengan
cekatan menghentikan peserta lomba adzan yang ada di dalam ruang bersalin.
Singkat kata, adzan secara wajar pun telah terlaksana.
Senangnya keluarga besar
menyambut kelahiran si bayi tidak mungil ini. Anak pertama Bu Eni dan Pak
Prapto, sekaligus cucu pertama Mbah Murni dan Mbah Sukoso ya walaupun bukan
cucu pertamanya Mbah Rohmat dan Mbah Umitah.
Eits lupa, bayi tidak
mungil itu (alias diriku) diberi nama GERI NENO APRILIA. GERI itu konon
singkatan dari perpaduan nama dua desa. GE – Gendongan (desa asalnya ibuk) dan
RI – PungkursaRI (desa asalnya bapak). Mengenaskan banget ya. Next, nama NENO
diperoleh atau dicontek dari nama seorang artis yang sedang digilai oleh bapak
jaman dulu. Siapa lagi kalo bukan Neno Warisman. Hmmmm wajar sih bapak ngefans
sama itu orang. Diharapkan nantinya si anak tumbuh menjadi pribadi yang kalem,
lemah lembut, feminim dan lain-lain. Tapi apa hasilnya? Kita lihat setelah
pesan-pesan berikut ini. *pura-pura ga tau hasilnya* Beralih lagi, APRILIA ini
tidak lain diambil dari bulan lahir gueh -april-. Aprilia adalah satu-satunya
bagian dari namaku yang terlihat seperti nama cewek. Iya iya, sering dipanggil
Mas Geri Neno sih. *menghela nafas*
Sebagai cucu pertama, si
bayi tidak mungil ini mendapatkan berbagai protokoler luar biasa dari
Mbah-mbahnya. *ketawa licik sinchan*Dan sampai mbah-mbahnya meninggalpun tetep
jadi cucu kesayangan dong ya *kedip-kedip mata* Terutama oleh Mbah Koso dan
Mbah Murni. Oiya, kalo Mbah Murni ini, aku biasa panggil “Bu Mami” udah ibuk
masih mami. Kan ibuknya si mami. Wkwkwkwk. Apapun yang aku minta dan bahkan aku
ga minta, selalu dikasih. Sayangnya mereka udah pergi sebelum aku dewasa. :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar