Minggu, 21 Oktober 2012

SELUK BELUK KEBERADAAN NENO (Part 1)


Serem banget ya judulnya “seluk  beluk keberadaan neno”, napa gak “asal usul terjadinya neno” atau “kisah lahirnya seorang neno” gitu? Atau mungkin “neno yang tertukar” *dhedhooooooooottt* Mmmmm ga tau juga sih napa aku kasih judul itu, suka aja. Blog blog siapa? Yang bikin tulisan siapa? Masalah buat elo?! *pake nada Soimah*

Well, dimulai dari kejadian 21 tahun lalu tepatnya tanggal 28 April 1991 di desa gendongan kecamatan tingkir Salatiga, lahirlah seorang bayi perempuan yang tidak mungil dari seorang Ibu bernama Eni Prabandari. Bayi tersebut merupakan hasil karya Bu Eni dengan suaminya Bapak Adi Rakhmat Suprapto. Sekilas info, bayi ini dapat bertahan dan akhirnya mendarat dengan selamat ke bumi karena berbagai obat dan suntikan penguat yang diberikan oleh Bu Bidan Tarsuli. Ya ya ya, soalnya kakak laki-lakinya ini bayi lahir satu tahun sebelumnya dengan tidak selamat yang mengakibatkan lemahnya kandungan Si Ibu. Hiks... hiks... *backsoundnya: lagu gugur bunga*
Kembali lagi, alhasil ini bayi jadi lahir kegedean yaitu 3,8 kg. Bayangin aja Si Ibu yg dulu masih kecil mungil binti langsing singset itu ngelahirin anak segede itu secara normal!!!! Kalo orang jaman sekarang sih dikit dikit operasi. Mahal deh. *nadanya nada ngomong capek deh*

Setelah lahir di dunia, Si Bapak disuruh bidan untuk adzan. Kalo normalnya sih Si Bapak bisik-bisik adzan di telinga kanan si bayi, terus disambung iqomah di telinga kiri si bayi. Tapi apa yang terjadi?! Jeng jeng jeng! Si Bapak malah adzan dengan lantangnya di dalem ruang bersalin!!! Yang terjadi adalah persaingan adzan subuh di dalem ruang bersalin dan di masjid-masjid terdekat. -.-‘ untung Bu Budan dengan cekatan menghentikan peserta lomba adzan yang ada di dalam ruang bersalin. Singkat kata, adzan secara wajar pun telah terlaksana.
Senangnya keluarga besar menyambut kelahiran si bayi tidak mungil ini. Anak pertama Bu Eni dan Pak Prapto, sekaligus cucu pertama Mbah Murni dan Mbah Sukoso ya walaupun bukan cucu pertamanya Mbah Rohmat dan Mbah Umitah.
Eits lupa, bayi tidak mungil itu (alias diriku) diberi nama GERI NENO APRILIA. GERI itu konon singkatan dari perpaduan nama dua desa. GE – Gendongan (desa asalnya ibuk) dan RI – PungkursaRI (desa asalnya bapak). Mengenaskan banget ya. Next, nama NENO diperoleh atau dicontek dari nama seorang artis yang sedang digilai oleh bapak jaman dulu. Siapa lagi kalo bukan Neno Warisman. Hmmmm wajar sih bapak ngefans sama itu orang. Diharapkan nantinya si anak tumbuh menjadi pribadi yang kalem, lemah lembut, feminim dan lain-lain. Tapi apa hasilnya? Kita lihat setelah pesan-pesan berikut ini. *pura-pura ga tau hasilnya* Beralih lagi, APRILIA ini tidak lain diambil dari bulan lahir gueh -april-. Aprilia adalah satu-satunya bagian dari namaku yang terlihat seperti nama cewek. Iya iya, sering dipanggil Mas Geri Neno sih. *menghela nafas*
Sebagai cucu pertama, si bayi tidak mungil ini mendapatkan berbagai protokoler luar biasa dari Mbah-mbahnya. *ketawa licik sinchan*Dan sampai mbah-mbahnya meninggalpun tetep jadi cucu kesayangan dong ya *kedip-kedip mata* Terutama oleh Mbah Koso dan Mbah Murni. Oiya, kalo Mbah Murni ini, aku biasa panggil “Bu Mami” udah ibuk masih mami. Kan ibuknya si mami. Wkwkwkwk. Apapun yang aku minta dan bahkan aku ga minta, selalu dikasih. Sayangnya mereka udah pergi sebelum aku dewasa. :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar